Monday, February 14, 2005

Kutunggu Kau Mati

Aku ingin kau mati…
Sayang, cukup sudah kurasa peranmu
Sebagai pembunuh…….
Yang kubiarkan engkau memainkan panah beracunmu

Sayang,…..
Cukup, kukata, kau melepas busur racun
Yang hampir sempurna kau lesatkan
Yang hampir sempurna, kau curi dari ekor mataku
Yang hampir sempurna, kau mainkan dibelakangku
Pada saat kau katakan
“berbaliklah sayang, biar kukaitkan mahkota di kepalamu”

Aku, yang begitu tersanjung oleh kebusukanmu

Kau…….
Yang dengan senyuman menggali kuburku
Memintaku berjalan mundur
Mengharapku terjerebab…..
Mengharapku terjatuh…..
Mengharap kau lesatkan panahmu……

Sayang,……
Permainan bodoh……
Kau boleh tertawa sekarang
Tertawalah sepuasmu
Tertawalah sebelum kau menyadari
Kau menggali kuburmu sendiri……

Aku tidak sebodoh yang kau kira
Sayang…….
Sadarlah………..

Permainan telah usai……..
Pada saat ku mati, mengalirkan darah segar karenamu
Bersimpuh dikakimu
Dan melantunkan bait terakhir nyanyian kasmaran

Sayang………
Kutunggu kau mati di depanku
Karena aku tidak mati untuk yang kedua

fuuuuh…………..
lenteraku telah padam




Depok, 11 February 2005
Trapesium 04:14 pm

Jangan Lelah Untukku

Aku......
Menjelma menjadi angin
yang hembuskan asa, belum kau sadari

Aku.....
Menjelma menjadi lilin
coba terangi, belum kau sadari

Aku.....
Menjelma menjadi batu
untuk bersandar, belum kau sadari

Aku.....
Menjelma jadi telaga
belum kau sadari......

Aku, hari ini dan nanti
menjelma menjadi apapun
hingga kau tersadar dan hilang lelah


(21:40)
menjelma menjadi udara
hingga jarak tidak tersekat
4 khanad
Trapesium/ 130205